Jakarta –
Media sosial kerap dipergunakan masyarakat sebagai wadah untuk membagikan kesehariannya. Namun tanpa disadari, seiring perkembangan zaman, wadah tersebut memberikan pengaruh besar bagi kehidupan skilled, termasuk karyawan yang bekerja di suatu perusahaan.
Seperti halnya kasus viral sekelompok SPG Vendor Honda yang dipecat karena sebuah konten. Adapun konten tersebut berisi seorang ibu-ibu yang tengah melihat-lihat poster movie di bioskop, yang kemudian diiringi ekspresi tawa para pembuat konten, dalam hal ini SPG terkait.
Praktisi HR sekaligus Ketua Umum Sumber Daya Manusia Indonesia (ISPI), Ivan Taufiza mengatakan, jejak digital punya pengaruh besar terhadap citra perusahaan. Hal inilah yang membuat sejumlah perusahaan ‘memelototi’ aktivitas media sosial karyawannya.
“Memang sebetulnya itu (jejak digital dipantau) bukan sesuatu hal yang baru. Hanya saja yang baru, kalau sekarang lebih strict (ketat) kebijakannya atau pinaltinya. Dulu mungkin dipanggil, ditegur, kalau sekarang bahkan bisa sampai dipecat,” kata Ivan, dihubungi forexbitcoinstock, Sabtu (18/5/2024).
Meski begitu, hal ini menyesuaikan dengan kebijakan di tiap-tiap perusahaan. Ivan mengatakan, ada sejumlah perusahaan yang punya kecenderungan memperketat aturannya. Pertama ialah perusahaan terbuka atau perusahaan public yang terdaftar di bursa, lalu kedua perusahaan yang produknya bersentuhan langsung ke masyarakat.
“Dua tipe atau yang mirip dengan ini (kedua jenis perusahaan), itu 60-80% memang kandidat atau pelamar secara random dia cek media sosialnya,” ujarnya.
Menurutnya, bahkan jejak digital atau kesalahan di media sosial kadang kala tidak hanya berasal dari pribadi sang karyawan, ada sejumlah kejadian yang justru menyoroti jejak digital sanak keluarga. Ia pun mencontohkan dengan kasus seorang istri prajurit tentara yang berkomentar tentang salah satu paslon Pilpres beberapa waktu lalu.
“Itu suaminya langsung dimutasi. Bahkan untuk lembaga pemerintahan, itu juga bahkan bukan karyawannya tapi istrinya, sanksinya lumayan fatal. Bukan cuma employee, tapi juga keluarga inti. Itu sensitivitasnya sampai ke situ,” terangnya.
Tetapi di sisi lain, hal yang sama juga berlaku dengan prestasi positif. Ivan mengatakan, apabila ada sanak keluarga yang berprestasi, karyawan itu juga bisa ikut ‘kena ciprat’. Sehingga menurutnya, kondisi ini pun punya sisi positif dan negatifnya sendiri.
Atas hal ini, menurut Ivan ada satu catatan penting yang perlu diperhatikan perusahaan, yakni edukasi terhadap karyawannya bahwa aktivitas media sosial ia dan keluarga akan mempengaruhi karirnya. Ivan menilai, hal inilah yang kerap luput sehingga hal-hal seperti kejadian SPG Vendor Honda dipecat itu tak terhindarkan.
“Di sini pentingnya perkenalan ke pelatihan baru atau reminder ke karyawan lama. Penting sekali mengingatkan keluarga bahwa dia merupakan kepanjangan tangan trace tempat dia bekerja. Sering kali organisasi tak melakukan ini. Tapi Ketika ada masalah, tau-tau kena sanksi,” pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya viral di media sosial TikTok konten berisi seorang ibu-ibu tengah memperhatikan poster movie Kingdom of the Planet of the Apes (2024) di bioskop. Unggahan itu disertai dengan iringan lagu ‘Dari Planet Lain’ milik Sal Priadi dan ekspresi tawa dari sekelompok perempuan yang membuat konten tersebut. Diketahui konten tersebut dibuat oleh orang yang bekerjasebagai SPG Vendor Honda.
Unggahan itu pun sontak menuai respons negatif dari warganet. Tidak sedikit yang menilai bahwa kejadian tersebut masuk ke dalam aksi perundungan. Tidak lama berselang, dealer Honda Mitra Sehati Bogor merilis pernyataan resmi berisi tanggapan serta langkah tegas perusahaan memecat karyawan bersangkutan.
(shc/fdl)
Forexbitcoinstock.com