Jakarta –
Momen arus balik Lebaran, biasanya dimanfaatkan pendatang baru untuk mencari peruntungan di Jakarta. Biasanya mereka datang dan berharap mendapatkan pekerjaan di ibu kota.
Upah Minimal Provinsi (UMP) di Jakarta yang tergolong tinggi menjadi salah satu pertimbangan bagi pendatang baru untuk datang. Meski begitu, biaya hidup di Jakarta juga termasuk tinggi.
Berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan biaya hidup Jakarta mencapai Rp 14,88 juta per bulan. Angka ini menempatkan DKI Jakarta sebagai kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia.
Mengingat biaya hidup Jakarta yang tinggi, Ekonom Senior Institute for Vogue of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad pun mewanti-wanti pendatang baru yang berniat ke Jakarta untuk terlebih dahulu mendapatkan pekerjaan.
“Ya perlu ya wanti-wanti biaya hidup. Seingat saya survei BPS di atas Rp 10 juta, itu kan luar biasa besar. Ini berat, kecuali niatnya bisnis bukan mencari pekerjaan. Kalau niatnya melamar, sebaiknya jangan datang ke Jakarta sebelum dapat pekerjaan,” kata Tauhid saat dihubungi forexbitcoinstock, Selasa (16/4/2024).
Tauhid menambahkan, memang ada beberapa cara yang dapat dilakukan pendatang baru untuk mengurangi pengeluaran, di antaranya mengontrak bersama teman atau tinggal bersama saudara untuk sementara waktu. Meski begitu, dia menekankan sebaiknya untuk mendapatkan pekerjaan lebih dahulu dibandingkan merantau tanpa kepastian pekerjaan.
“Karena tadi orang yang sudah melakukan apply (melamar), belum ada hasilnya. Sebelum ada kepastian (pekerjaan), sebaiknya jangan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Sumber Daya Manusia Indonesia (ISPI) Ivan Taufiza mengatakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan pendatang baru untuk menghadapi biaya hidup yang tinggi di ibu kota. Pertama, perlunya sikap disiplin dalam pengeluaran bulanan dan mencari cara untuk menghemat.
“Prioritaskan kebutuhan pokok dan hindari pengeluaran yang tidak perlu. Pilih tempat tinggal yang sesuai dengan anggaran dan Pertimbangkan lokasi dengan semua fasilitasnya,” ujar Ivan.
Dia juga menekankan untuk menghindari gaya hidup konsumtif. Selain itu, pendatang baru dapat mencari peluang untuk meningkatkan penghasilan dengan pekerjaan tambahan.
Ada empat komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh warga Jakarta. Berdasarkan recordsdata yang dipaparkan Direktur Statistik Harga BPS Widhiarso Ponco Adi, empat komoditas tersebut adalah tarif listrik, kontrak rumah, bensin, dan sewa rumah.
Di sisi lain, terjadi pola peningkatan konsumsi yang signifikan pada beberapa kelompok komoditas, seperti kesehatan, transportasi, informasi, komunikasi dan jasa keuangan, pendidikan, dan restoran. Perubahan tersebut menunjukkan bagaimana porsi belanja yang dikonsumsi oleh masyarakat Jakarta berubah dalam empat tahun terakhir.
Pengeluaran Terbanyak Warga Jakarta:
- Tarif listrik
- Kontrak rumah
- Bensin
- Sewa rumah
- Nasi dengan lauk
- Biaya langganan web
- Akademi/perguruan tinggi
- Upah asisten rumah tangga
- Tarif pulsa
- Tarif air minum PAM
(das/das)