Jakarta –
Peluang bisnis bisa datang dari mana saja, termasuk dari dagang lilin. Hal ini dibuktikan langsung oleh Francisco Rivera, pria asal Orlando, Florida, Amerika Serikat (AS) yang bisa meraup cuan ratusan juta rupiah per bulan.
Dilansir dari CNBC, Jumat (12/4/2024), sering kali Rivera hanya bekerja 20 menit per hari untuk menjalankan bisnisnya. Sisa waktunya ia habiskan untuk mengejar karier musik.
Meskipun, terkadang ia harus bekerja ekstra hingga dua jam untuk meneliti tren baru dan merancang desain produk baru. Produk buatannya dijual di platform e-commerce Etsy.
Toko on-line Rivera mencatatkan penjualan US$ 462.000 pada 2023 atau sekitar Rp 7,34 miliar per tahun (kurs Rp 15.900). Artinya jika dihitung perbulan, rata-rata penjualannya menyentuh US$ 38.500 atau sekitar Rp 612,15 juta.
Awalnya pria 26 tahun ini bekerja paruh waktu untuk perusahaan bimbingan on-line Outschool. Namun, permintaan jasa terus menurun seiring dengan kembali normalnya aktivitas sekolah pasca pandemi COVID-19.
Terpaksa Rivera pun memutar otak untuk mencari penghasilan lebih. Ia lalu menemukan video YouTube tentang bisnis sampingan print-on-question, yang mana penjual membuat desain untuk sejumlah produk seperti kaos hingga mug.
Pelaku usaha ini memasang desain di Etsy hingga Amazon, lalu ketika ada pesanan dari konsumen mereka mencetak desain sesuai permintaan. Untuk produknya, Rivera memilih lilin organik berwarna netral dengan desain-desain jenaka.
Dari penghasilannya itu Riveria memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai guru bimbel on-line pada Desember 2023. Apalagi, 30% sampai 50% hasil penjualannya adalah berbentuk revenue.
“Saya menghasilkan lebih banyak dari yang pernah saya dapatkan, dan bekerja lebih sedikit dan mendapatkan gaji lebih besar,” katanya.
Menurut Rivera keunggulan mannequin ini adalah risikonya yang sangat rendah. Biaya layanan Etsy adalah US$ 0,20 untuk mencantumkan suatu produk. Lalu ia meminjam akun Canva orang lain dengan versi First fee berharga US$ 120.
Bahkan ia mengaku sebenarnya alergi terhadap lilin. Namun, ia melihat ada tren baru dalam bisnis print-on-question dan langsung memanfaatkannya.
“Saya tidak terlalu bersemangat menjual lilin. Saya sebenarnya alergi terhadap mereka,” tuturnya.
“Namun pada saat itu, lilin merupakan kategori baru dalam print-on-question. Setelah menjelajahi katalog produk YouTube dan Printify, saya menyukai ide untuk membuat frasa cerdas untuk menggambarkan suatu produk, dan saya melihat banyak orang sudah menjual pakaian dan mug,” tutupnya.
(ily/kil)