Jakarta –
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menerbitkan obligasi world senilai US$500 juta atau setara Rp 7,9 triliun. Obligasi yang termasuk bagian dari penerbitan Euro Medium Term Veil (EMTN) ini mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 6,4 kali saat preliminary pricing steering (IPG).
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, mengungkap bahwa tingginya minat investor terhadap World Bond BNI mencerminkan kepercayaan investor terhadap classic dan prospek perseroan.
“Transformasi classic yang kami lakukan menarik minat investor untuk membeli World Bond BNI. Oversubscribe 6,4 kali menunjukkan tingkat kepercayaan investor yang tinggi terhadap perseroan,” ungkap Novita dalam keterangannya, Kamis (4/4/2024).
Novita menjelaskan, bahwa penerbitan World Bond merupakan bagian dari strategi perseroan untuk mendiversifikasi sumber pendanaan, serta mendukung langkah strategis dalam meningkatkan pertumbuhan bisnis yang tidak hanya menyasar rupiah namun juga valuta asing (valas).
Ia kemudian menuturkan, bahwa World Bond BNI merupakan bagian dari EMTN yang dibentuk pada 6 Mei 2020 dan telah diperbarui pada 22 Maret 2021 serta 26 Maret 2024. Program EMTN membuat BNI mampu menerbitkan surat utang secara bertahap dengan jumlah pokok maksimal US$2 miliar.
Agenda roadshow pun digelar pada 26 Maret dan pricing pada 27 Maret. Dengan bunga obligasi yang ditetapkan sebesar 5,28% per tahun, Novita menilai hal tersebut menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan investor terhadap BNI.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa sejak 2020 BNI telah melakukan transformasi yang menghasilkan peningkatan Return on Equity (ROE) dari 2,6% pada 2020 menjadi 15,2% pada 2023. Hal ini menunjukkan adanya lompatan tinggi dalam profitabilitas perseroan.
“Transformasi classic BNI telah meningkatkan ROE dan menurunkan cost of fund. Tingkat kecukupan permodalan BNI juga meningkat yang tergambar dari rasio kecukupan modal inti atau Tier-1 CAR yang naik dari 16% di masa pandemi menjadi 20% saat ini. Hal ini menambah keyakinan investor terhadap classic BNI yang kuat,” jelas Novita.
Novita pun menambahkan, bahwa sumber likuiditas BNI kini tidak hanya berasal dari penerbitan surat berharga, namun terutama dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Adapun porsi wholesale funding, termasuk di dalamnya penerbitan surat berharga, dalam 3 tahun terakhir hanya berkisar di angka 8%-9% dari total liabilitas.
“Dana yang diperoleh dari hasil penerbitan obligasi ini nantinya akan disalurkan untuk pembiayaan dengan tingkat margin yang menarik, sehingga berdampak positif pada profitabilitas perusahaan,” tutupnya
Simak Video “Pertandingan Semifinal BNI Sirnas Jakarta 2023“
[Gambas:Video 24forexbitcoinstock]
(kil/kil)