Jakarta –
Musisi, Taylor Swift, merilis album baru berjudul The Tortured Poets Departement. Album itu diprediksi tidak hanya memperkuat posisinya sebagai principal particular person di industri musik pop, tetapi juga akan membawa keuntungan besar sebagai seorang pebisnis.
Sebelum album itu dirilis, Taylor sudah membuktikan betapa besar kekuatan ekonomi yang dimilikinya pada 2023. Tiket untuk tur “Eras” terjual habis, penggemar menghabiskan banyak uang untuk membeli merchandise saat menghadiri konsernya.
Meski Taylor belum mengumumkan jumlah keuntungan konser secara langsung, sejumlah analis mengestimasi tur tersebut membuat Taylor mendapatkan miliaran dolar. Pollstar memperkirakan 60 pertunjukan pertama untuk tur tersebut menghasilkan pendapatan kotor lebih dari US$1 miliar atau Rp 16,1 triliun (kurs Rp 16.218).
Adapun analis lain, memproyeksikan pertunjukan Taylor di Amerika Utara saja dapat menghasilkan pendapatan lebih dari US$2 miliar atau Rp 32,2 triliun, ini adalah tur dengan pendapatan kotor tertinggi sepanjang sejarah. Dampak ekonominya bakan dirasakan oleh kota-kota yang mengadakan tur tersebut.
Kamar resort di kota-kota yang menjadi tuan rumah pertunjukan tur Eras terisi dengan cepat. Para penjual baju mengatakan jumlah penjualan naik karena para penonton konser pakaian yang sesuai dengan tema tur.
Di sisi lain, movie untuk tur tersebut yakni Taylor Swift: The Eras Tour, bahkan memecahkan rekor box space of job di akhir pekan pembukaannya. Menurut jaringan bioskop AMC, movie itu meraup US$ 96 juta atau Rp 1,5 triliun pada akhir pekan pembukaannya di Amerika Serikat dan Kanada dan menjadikannya sebagai movie konser terlaris di dalam negeri untuk akhir pekan pembukaannya.
Profesor Bidang Manajemen Olahraga dan Hiburan di Universitas South Carolina, Armen Shaomian, mengatakan Taylor menunjukkan prestasi yang mengesankan setiap pengusaha yang umumnya menjalankan perusahaan Fortune 500. Capain Taylor patut menjadi studi kasus yang baik agar pengusaha paham apa yang pelanggan inginkan dan bagaimana cara memberikannya.
“Dia adalah orang yang hebat dalam hal bisnis,” kata Shaomian dikutip dari CNN, Sabtu (20/4/2024).
Menurut Shaomian, yang betul-betul menunjukkan ketajaman bisnis Taylor adalah caranya memanfaatkan antusiasme followers untuk mendorong penjualan. Penggemar rela merogoh kocek untuk membeli kemeja, sweater, topi, poster, dan berbagai merchandise lainnya yang memamerkan penyanyi tersebut dengan segala kemegahannya.
“Aspek merchandising dalam tur ini sangat penting karena memungkinkan para penggemar membawa pulang sebagian dari pengalaman tersebut karena ini semua tentang kenangan,” kata Shaomian.
“Para penggemar mengantri berjam-jam sebelum enviornment dibuka karena merchandise tersebut dipasang di space yang berbeda dan mereka ingin membeli terlebih dahulu. Sekalipun hanya seperempat dari orang-orang itu yang membeli sesuatu, ini berarti setidaknya satu juta dolar per malam,” sambungnya.
Dengan foundation penggemar militan yang membantunya memecahkan rekor penjualan, pemutaran lagu, dan membuat tiket konser ludes, album baru Taylor berjudul The Tortured Poets Departement diduga bakal membuat antusiasme para followers lebih membara. Hal ini berarti Taylor akan semakin untung lagi.
(fdl/fdl)