forexbitcoinstock.com – Pernahkah setelah bertengkar dengan pasangan, kamu melampiaskannya dengan makan untuk menghibur diri? Atau mungkin setelah mengalami hari yang berat di tempat kerja, kamu merasa seperti bisa makan pizza utuh?
“Ya, pada jaman seperti ini, makanan tersedia sepanjang waktu, banyak pilihan, mudah didapat, dan rasanya enak,” kata psikolog Susan Albers, PsyD. “Tidak mengherankan jika kita langsung mencari makanan kapan pun kita merasa stres.”
Mengapa kita makan saat stres?
Saat seseorang merasa stres atau kewalahan, tubuh memompa kortisol, hormon yang memicu naluri melawan-atau-lari. Respons tubuh ini berasal dari zaman manusia gua, ketika nenek moyang Paleolitikum kita membutuhkan energi, misalnya, untuk melawan binatang buas.
Kortisol meningkatkan nafsu makan mereka, dan kalori ekstra tersebut memberi bahan bakar yang mereka butuhkan untuk tetap hidup dan berjuang. Inilah yang disebut stress ingesting.
Namun saat ini, pemicu stres yang dapat memicu produksi kortisol bukanlah hewan liar seperti masa lalu. Meski demikian, stres yang ditimbulkan tetap memicu naluri melawan atau lari dan keinginan yang sama untuk makan.
Baca juga: Makan karena Lapar atau Hasrat Emosional? Cermati Bedanya…
“Sayangnya, saat ini, banyak hal yang dapat memicu respons stres tersebut, mulai dari media sosial hingga kemacetan di jalan,” kata Dr. Albers. Tentu saja, kita tidak memerlukan kalori tambahan untuk melawannya — tetapi secara naluri, stres itu tetap akan mendorong kita untuk makan.
Makanan tidak hanya memicu reaksi kimia, tetapi juga respons emosional, semuanya mencoba membantu kita merasa lebih baik dan menghilangkan stres.
“Kamu mungkin menyadari bahwa kamu tertarik pada jenis makanan tertentu saat stres, seperti makanan manis atau asin,” kata Dr. Albers, “dan makanan tertentu dikaitkan dengan perasaan masa kanak-kanak.”
Jika kamu tumbuh dengan perasaan suka pada es krim atau masakan buatan ibu, kamu mungkin mendambakan makanan tersebut di saat-saat penuh tekanan.
Namun ada satu masalah: Makanan tidak bisa benar-benar menghilangkan stres. Penelitian menunjukkan bahwa stress ingesting hanya membuat kita merasa lebih baik selama sekitar tiga menit. “Itu tidak sebanding dengan dampak yang ditimbulkannya,” kata Dr. Albers.
Baca juga: Penyebab Kita Makan Berlebihan dan Cara Mencegahnya
Bagaimana mengelola makan karena emosional
Jika stress ingesting tidak benar-benar memperbaiki tingkat stres, apa yang bisa dilakukan? Hal ini kembali lagi pada stres itu sendiri.
“Makan karena stres adalah usaha untuk melepaskan perasaan kita, menjauhkannya,” jelas Dr. Albers, “jadi kunci untuk mengatasinya adalah dengan memahami stres dengan lebih baik.”
Dengan kesadaran dan usaha, kita dapat menghentikan kebiasaan tersebut dan membentuk kebiasaan baru sebagai gantinya. “Membentuk kebiasaan baru sebagai respons terhadap stres membutuhkan waktu, namun hal ini mungkin dilakukan,” tambahnya.
Dr Albers berbagi rekomendasi untuk mengekang stress ingesting untuk selamanya.
1. Berhenti sejenak untuk mencoba mindful atau sadar sepenuhnya
Makan karena stres sering kali merupakan reaksi otomatis dan spontan yang mungkin tidak kita sadari. Ini adalah kebiasaan dan respons yang dipelajari.
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
FBS Forex Bitcoin Stock