Jakarta –
Rupiah keok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Saat pembukaan nilai tukar sentuh level Rp 16.000-an, tepatnya Rp 16.169 yang merupakan rekor sejak Maret 2020.
Terkait hal itu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan terdapat perkembangan di global yang membuat pelemahan rupiah pasca libur Lebaran. Salah satunya yakni memanasnya konflik Iran-Israel.
“Rilis recordsdata fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat seperti recordsdata inflasi dan retail gross sales yang di atas ekspektasi pasar. Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel,” kata Edi dalam keterangannya, Selasa (16/4/2024).
Perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off sehingga mata uang rising market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Indeks dolar (DXY) selama periode libur Lebaran telah menguat signifikan dari 104 menjadi di atas 106, bahkan pagi ini sudah mencapai angka 106,3.
“Selama libur Lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000 atau sudah di sekitar Rp 16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut (di atas Rp 16.100),” tutur Edi.
Menurut Edi, BI akan melakukan langkah- langkah konkret. Pertama, BI akan menjaga kestabilan Rupiah melalui menjaga keseimbangan offer-inquire valas di market melalui triple intervention khususnya di build dan DNDF.
Kedua, BI akan meningkatkan daya tarik aset Rupiah untuk mendorong capital influx seperti melalui daya tarik SRBI dan hedging designate. Ketiga, BI tetap koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait seperti pemerintah, Pertamina dan lainnya.
Simak Video “RDG Bank Indonesia Mempertahankan BI RATE 6.0%“
[Gambas:Video 24forexbitcoinstock]
(wait on/rrd)
FBS International replace Bitcoin Inventory