Jakarta –
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini dibuka melemah. IHSG sempat melemah namun berbalik ke zona hijau pada awal pembukaan perdagangan.
IHSG naik 2 poin (0,03%) ke level 7.207. IHSG berada di level tertingginya pada 7.208 dan terendahnya 7.194. IHSG kemudian berbalik ke zona merah. IHSG berbalik melemah ke 7.197.
Mengutip records RTI, Senin (1/4/2024), IHSG berada di level tertingginya pada 7.295 danterendahnya7.263. Sebanyak 173 saham menguat, 194 turun, dan 194 stagnan.
Monetary Knowledgeable Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih dalam risetnya menjelaskan sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain,dari dalam negeri, IHSG terkoreksi dalam akibat aksi profit taking investor asing di saham perbankan Enormous Caps. Selain melemahnya nilai tukar rupiah pemicu lainnya, yaitu melesatnya angka inflasi tahunan nasional.
“Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka inflasi tahunan domestik pada Maret 2024 sebesar 3,05%, atau lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,75%. Inflasi pada periode Maret 2024 diakibatkan oleh naiknya konsumsi musiman masyarakat Indonesia saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan menjelang Idulfitri. Meskipun inflasi naik, namun masih dalam purpose Monetary institution Indonesia (BI) sebesar 1,5%-3,5%,” tulisnya.
Dari mancanegara, pelaku pasar pekan ini menantikan rilis angka inflasi di kawasan Eropa yang berpotensi tetap di bawah 3%. Selain itu, pelaku pasar juga wait and ogle records tenaga kerja Amerika Serikat (AS), seperti non farm payroll dan unemployment price yang menjadi salah satu pertimbangan FOMC The Fed di akhir April mendatang.
Dari Asia, Indeks PMI manufaktur versi Caixin China pada Maret 2024 lanjut di level ekspansif sebesar 51,1. Perolehan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 50,9. Aktivitas industri, jumlah permintaan domestik dan ekspor terapresiasi.
“Di sisi lain, Indeks PMI manufaktur Jepang versi Jibun Monetary institution pada Maret 2024, masih di level kontraksi sebesar forty eight,2. Level tersebut menambah masa kontraksi aktivitas manufaktur Jepang dalam 10 bulan beruntun,” lanjutnya.
(ara/ara)